Deadlines & Dreams: Amira’s Balancing Act in a Cozy Café

In this episode, we’ll follow Amira as she navigates the pressures of academic deadlines, the relief in asking for help, and the dream of balancing her passions in the quaint Café Freelancer.

Id: Di tengah gemerlap lampu kecil dan aroma kopi yang harum, Café Freelancer di Yogyakarta menjadi tempat favorit banyak mahasiswa.
En: Amidst the twinkling small lights and the fragrant aroma of coffee, Café Freelancer in Yogyakarta has become a favorite spot for many students.

Id: Amira sering datang ke sini.
En: Amira often comes here.

Id: Dia duduk di meja dekat jendela, laptop terbuka, buku-buku tersebar di sekitarnya.
En: She sits at a table near the window, her laptop open, books scattered around her.

Id: Udara kering bulan Juli membuat suasana semakin nyaman.
En: The dry July air makes the atmosphere even cozier.

Id: Di depannya, selembar kertas dengan sketsa lukisan yang belum selesai.
En: In front of her, a sheet of paper with an unfinished painting sketch.

Id: Amira mahasiswa Gadjah Mada yang rajin dan ambisius.
En: Amira is a diligent and ambitious student at Gadjah Mada University.

Id: Dia punya impian besar untuk mendapatkan beasiswa pascasarjana.
En: She has big dreams of getting a postgraduate scholarship.

Id: Tetapi dia juga punya hobi tersembunyi: melukis.
En: But she also has a hidden hobby: painting.

Id: Sore itu, Amira memandang sketsa lukisan dengan perasaan gugup.
En: That afternoon, Amira looked nervously at the painting sketch.

Id: Dia punya dua tugas besar: menyelesaikan proyek akhir semester dan melukis.
En: She had two major tasks: finishing her end-of-semester project and painting.

Id: Tapi waktunya terbatas.
En: But time was limited.

Id: "Harus fokus pada proyek," gumam Amira.
En: "I must focus on the project," Amira murmured.

Id: Dia memutuskan untuk sementara mengabaikan lukisannya dan hanya fokus pada proyek.
En: She decided to temporarily ignore her painting and just focus on the project.

Id: Dia mengetik dengan semangat, berharap semua akan selesai tepat waktu.
En: She typed with enthusiasm, hoping everything would be finished on time.

Id: Namun, malam sebelum batas waktu, Amira menemukan kesalahan besar dalam proyeknya.
En: However, the night before the deadline, Amira found a major error in her project.

Id: Panik menyerang.
En: Panic struck.

Id: Dia mengetuk-ngetuk tuts laptop dengan cepat, berharap dapat memperbaiki masalah.
En: She tapped on the laptop keys quickly, hoping to fix the issue.

Id: Tetapi semakin dicoba, semakin besar kesalahannya.
En: But the more she tried, the bigger the mistake became.

Id: "Tidak!
En: "No!

Id: Apa yang harus kulakukan?
En: What should I do?"

Id: " Amira hampir putus asa.
En: Amira was almost in despair.

Id: Di saat genting itu, Budi, teman dekatnya, masuk ke café.
En: At that critical moment, Budi, her close friend, entered the café.

Id: Dia lihat Amira terlihat panik.
En: He saw Amira looking panicked.

Id: "Ada apa, Amira?
En: "What's wrong, Amira?"

Id: " tanya Budi sambil mendekat.
En: Budi asked, approaching her.

Id: "Ada kesalahan besar dalam proyekku.
En: "There's a huge mistake in my project.

Id: Aku tidak tahu cara memperbaikinya," jawab Amira dengan suara gemetar.
En: I don't know how to fix it," Amira replied with a trembling voice.

Id: Budi duduk di sebelahnya, melihat dokumen di layar laptop.
En: Budi sat next to her, looking at the document on the laptop screen.

Id: "Biar aku bantu," katanya.
En: "Let me help," he said.

Id: Dengan mata tajam dan pemikirannya yang cepat, Budi mulai memperbaiki kesalahan satu per satu.
En: With sharp eyes and quick thinking, Budi began correcting the mistakes one by one.

Id: Amira memperhatikan dengan seksama, rasa lega mulai menyelimuti.
En: Amira watched closely, a sense of relief beginning to envelop her.

Id: "Terima kasih, Budi.
En: "Thank you, Budi.

Id: Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu," katanya.
En: I don't know what I would do without you," she said.

Id: Beberapa jam kemudian, proyek itu sempurna.
En: A few hours later, the project was perfect.

Id: Amira mengirimkannya tepat pada waktunya.
En: Amira submitted it just in time.

Id: Perasaan lega menyelimuti dirinya.
En: Relief filled her.

Id: "Aku harus belajar untuk meminta bantuan lebih sering," pikir Amira.
En: "I need to learn to ask for help more often," Amira thought.

Id: Budi tersenyum.
En: Budi smiled.

Id: "Meminta bantuan bukan tanda kelemahan.
En: "Asking for help is not a sign of weakness.

Id: Itu tanda kekuatan," katanya.
En: It's a sign of strength," he said.

Id: Amira tersenyum menanggapi.
En: Amira smiled in response.

Id: Di tengah-sempit waktunya, dia belajar tentang prioritas dan pentingnya meminta bantuan.
En: In her tight schedule, she learned about priorities and the importance of asking for help.

Id: Hari itu, di café kecil yang nyaman itu, Amira merasa dirinya sedikit lebih bijaksana.
En: That day, in the cozy little café, Amira felt a bit wiser.

Id: Ketika keluar dari café, Amira melihat sketsa lukisannya lagi.
En: As she left the café, Amira looked at her painting sketch again.

Id: Dia tahu, suatu saat nanti, dia akan menyelesaikannya juga.
En: She knew that one day, she would finish it too.

Id: Namun sekarang, fokus utamanya adalah mencapai cita-citanya.
En: But for now, her main focus was achieving her dreams.

Id: Dengan rasa percaya diri yang baru, Amira melangkah kembali ke jalan hidupnya dengan semangat yang lebih kuat.
En: With a new sense of confidence, Amira stepped back onto her life path with renewed vigor.